Ditengah-tengah penatnya pengerjaan Tugas Akhir yang
hampir menguras waktu, tenaga, pikiran sampai isi dompet, saya ingin berbagi
cerita mengenai beasiswa yang baru saja saya terima mulai dari proses sampai
tips dan triknya. Semoga bermanfaat!
Sebelumnya, saya ingin mengumumkan bahwa Alhamdulillah saya
diterima di Tohoku University melalui program International Environmental Leadership Program (IELP). Program ini
diselenggarakan oleh Graduate School of
Environmental Studies. Program ini sebenarnya salah satu dari banyak Priority Graduate Program (PGP) yang
dibiayai oleh MEXT atau yang lebih dikenal dengan Monbukagakusho. Program-program
yang lain bisa dilihat di web ini. Insyaallah, saya akan menjalani kuliah S2-S3
selama lima tahun di kampus yang terletak di kota Sendai tersebut.
Saya akan mulai cerita dari awal. Bulan November akhir tahun lalu,
salah satu dosen di Jurusan mengumumkan bahwa sedang ada pendaftaran IELP untuk
tahun 2015 dan ditempel di mading depan Tata Usaha Teknik Material dan bagi
yang berminat bisa menghubungi beliau. Awalnya saya kurang tertarik, karena
alasan pertama adalah Tohoku University/Tohoku Daigaku atau biasa disingkat
Tohokudai bukan kampus impian saya, walaupun Jepang masuk dalam daftar ‘must visit countries’. Alasan kedua
karena melihat dari judul programnya, sangat jauh dari minat dan topik tugas
akhir saya. Jadilah saya abaikan pengumuman itu. Selain pengumuman yang
ditempel, kakak kelas saya (Teknik Material 2010) yang diterima diprogram IELP
2014 memposting pengumuman lebih detail. Setelah saya lihat-lihat, ternyata
kita boleh mengambil jurusan yang berafiliasi dengan Graduate School of Environmental Studies (GSES). Dari situ mulai
kepo mengenai program ini. Mulai dari tanya-tanya sampai mencari semua Informasi
tentang Tohokudai.
Setelah membaca dan memahami persyaratannya, saya
memberanikan diri untuk menghadap dosen yang memberi pengumuman untuk
mengatakan bahwa saya minat ikut program tersebut. Setelah ngobrol, saya kira
akan diberikan kontak professor disana, tapi ternyata harus mencari Professor sendiri. Walaupun sudah cukup pengalaman dalam
mengontak dan berdiskusi dengan professor di NTU lewat email, tapi ini berbeda.
Saya akan mengontak orang yang tak saya kenal, dan dia tak kenal saya. Memang,
dalam salah satu proses Pre-application IELP ini, semua pendaftar harus sudah
diterima oleh seorang Professor di Tohokudai, kalau tidak, maka aplikasinya
tidak akan diterima.
Next, saya jelajahi semua lab yang ada afiliasi dengan GSES,
dan ada beberapa lab yang sangat dekat dengan topik tugas akhir salah satunya Environmental Inorganic Material Chemistry
Laboratory yang dikomandani oleh
Prof. Tsugio Sato dan Assoc. Prof. Shu Yin. Melihat research topic dan publikasinya, sepertinya sesuai minat saya di
sintesis nanomaterial untuk berbagai aplikasi khususnya lingkungan.
Pagi hari, sekitar jam 5 pagi, saya mengirim email kepada
Prof. Sato, dan berharap bisa segera dibalas, karena deadline aplikasi tinggal
2 minggu lagi. Tapi, sampai esok harinya tak ada satupun email yang masuk.
Padahal, saya sudah memilah-milah kalimat agar menarik untuk dibaca. Usaha tak
sampai disini, saya mencoba mengemail kepada Prof. Yin. Tapi sama saja tak ada
balasan. Saya mulai mencari lab lain sekaligus berkonsultasi dengan kakak kelas
disana. Dia menyarankan agar saya menemui Prof. Kimura di kantor Perwakilan
Tohoku University di IRO ITB. Saya mengemail Prof. Kimura untuk membuat janji,
dan diminta untuk bertemu setelah makan siang dikantornya.
Kantor perwakilan Tohokudai terletak di lantai 2, gedung
IRO ITB. Setelah mencari-cari, akhirnya ketemu juga pintu masuknya. Saya
diterima oleh sekretarisnya dan meminta untuk menunggu sebentar. Kimura sensei
keluar dari ruangannya. Saya berdiri dan langsung menyalami beliau. Saya bercerita
bahwa saya berminat untuk mendaftar program IELP dan sudah menghubungi
Professor disana tapi belum mendapatkan balasan. Setelah itu, beliau ‘menginterogasi’
saya dengan beberapa pertanyaan mulai dari IP, TOEFL, CV, Topik TA, dll.
Mungkin untuk mengecek kesiapan. Setelah itu, beliau langsung mengambil telepon
dan dari pembicaraannya, beliau sedang mengontak GSES langsung supaya
memberitahukan Prof. Sato dan Prof. Yin bahwa ada mahasiswa yang ingin
melanjutkan studi di lab mereka. Setelah mengobrol dan meminta advice dari Kimura Sensei, saya izin
pamit.
Tak lama berselang, sekitar sore harinya, ada satu email
masuk. Tau dari siapa? Dari Prof. Yin! Saya kaget, dan cepat-cepat membaca.
Intinya Yin sensei menguncapkan terima kasih sudah interest di topik
penelitiannya dan menerima saya di labnya asal saya diterima sebagai penerima
beasiswa Monbukagakusho. Senang sekali hari itu. Saya mengulang-ulang membaca
email dari Yin sensei, untuk memastikan bahwa saya tidak salah lihat. Haha.
Sejak saat itu, saya berdiskusi mengenai tema besar
penelitian yang akan saya geluti selama 5 tahun ke depan. Saya meminta topik
apapun asal yang behubungan dengan nanomaterial. Akhirnya setelah satu minggu
berdiskusi, disetujuilah topik mengenai “Water
Controlled Release Solvothermal Process (WCRSP) of Morphological Controllable
Oxide Based Nanomaterial”. Keren kan? Biasa aja sih sebenernya. Hehe. Intinya
cuma tentang mengembangkan teknik baru untuk sintesis nanomaterial.
Saya juga tidak lupa untuk melengkapi berkas-berkas yang
dibutuhkan untuk pendaftaran. Tidak terlalu sulit jika kita mempersiapkannya
dari jauh-jauh hari. Application Form,
CV/Resume, Transkrip IP, 2 Recommendation
Letter dan Sertifikat Bahasa. Saya masih ingat saat meminta surat
rekomendasi ke dosen pembimbing tugas akhir, saya ditolak karena saya belum lulus.
Walaupun saya sudah meminta dengan muka yang penuh belas kasih, tetap saja
beliau tidak mau. Sedih kan. Tapi, saya selalu memegang prinsip untuk selalu
tegas terhadap tujuan, dan fleksibel dengan cara mencapainya. Sehingga saya
memutuskan untuk meminta rekomendasi dari dosen yang memberikan pengumuman
tentang program ini. Alhamdulillah beliau menyetujui. Selain itu, syarat yang
belum saya penuhi yaitu Sertifikat Bahasa. Waktu itu saya cuma ada TOEFL ITP.
Walaupun skornya bagus, tapi tidak tercantum dalam persyaratan. Hanya ada
TOEFL-iBT, IELTS atau TOEIC. Setelah mengemail panitia, saya diperbolehkan
menggunakan TOEFL ITP terlebih dahulu dengan syarat mengirimkan salah satu language certificate diatas. Dengan
penuh pertimbangan, akhirnya saya memilih mengambil TOEIC karena selain
harganya paling murah, dan waktu tesnya juga setiap hari rabu. Saya daftar di
ITC yang terletak di Jakarta dan sertifikat bisa diambil H+1 yang bisa saya
langsung saya kirimkan. Ada satu lagi yang paling berkesan, yaitu saat mengirim
berkas. Persyaratan semua sudah selesai, tinggal menunggu surat rekomendasi
dari kaprodi yang baru pulang dari Hiroshima tepat menjelang batas akhir
pengiriman. Saya segera menuju kantor pos di Jalan Asia Afrika. Ditengah
perjalanan, hujan tiba-tiba turun deras sekali. Sehingga saat turun dari
Angkot, saya lindungi tas dengan jaket supaya tak terkena air. Saya panggil
tukang becak untuk mengantarku ke depan kantor pos. Becak satu-satunya
alternatif agar berkas-berkas saya tak basah oleh air hujan. Walaupun akhirnya celana
dan jaket basah kuyup, namun tak apa, karena isi tas lebih penting. Sesampainya
depan kantor pos, ternyata sudah tutup. Saya kecewa. Padahal masih ada waktu 5
menit lagi. Saya mengirim dokumen esok harinya, pagi-pagi sekali, berharap
dokumen sampai tepat waktu di Jepang. Saya menggunakan EMS yang memiliki fasilitas
tracking number, jadi kita bisa
memantau sudah sampai mana dokumen kita. Alhamudillah, dokumen saya sampai di
Tohokudai tepat waktu.
Singkat cerita, saya dihubungi oleh Prof. Yin untuk jadwal
wawancara. Awalnya, saya akan diwawancarai tanggal 8 Januari 2015 melalui Skype
atau WeChat. Saya sudah persiapan dari jauh-jauh hari, mulai dari menginstall
ulang Skype untuk windows 8, menginstall WeChat sampai mengecek kestabilan
koneksi internet di ITB. Selain itu saya juga sudah mempersiapkan segala kemungkinan
pertanyaan yang akan muncul dan serta bagaimana saya harus menjawabnya. Tapi
ternyata jadwal wawancara saya diundur jadi tanggal 19 Januari, padahal saya
sudah cepat-cepat ke Bandung hanya untuk wawancara. Tapi tak apa, saya yakin
ada hikmah dibalik ini.
Tibalah hari wawancara, saya harus jam 7 pagi ke ruang
multimedia FTMD agar mendapat koneksi internet yang cepat. Saya dibantu Teknisi
IT disana. Jam 8 saya juga melakukan testing dengan Prof. Yin untuk memastikan
semua berjalan dengan lancar. Tak lupa juga meminta doa ke orang tua supaya
dilancarkan dan berikan hasil yang terbaik. Waktu itu ada 3 orang pewawancara,
saya lupa namanya. Tapi salah satunya adalah Prof. Yin tentu saja. Satu persatu
secara bergiliran membombardir saya dengan pertanyaan. Alhamdulillah saya bisa
jawab dengan lancar, walaupun diawal-awal ada gangguan dengan koneksi internet
sehingga harus menunggu selama 15 menit agar kembali stabil. Sekitar 1 jam,
wawancara selesai. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas waktu dan
kesempatannya. Saya juga mengatakan ini pertama kalinya saya diwawancarai oleh
Professor-professor terbaik dibidangnya. Mereka juga menyampaikan beberapa hal
salah satunya adalah final announcement
yang akan di release tanggal 6 Februari, artinya 3 minggu setelah wawancara.
Sambil menunggu, saya juga sempat mencari-cari beasiswa
lain salah satunya Korean Government
Scholarship Program (KGSP) ke Korea University untuk mengantisipasi
kemungkinan terburuk. Sama seperti IELP yang mensyaratkan agar menghubungi
Professor terlebih dahulu, maka saya mengemail beberapa professor disana yang
akhirnya tak ada satupun email yang dibalas. Ada satu, Prof. Taeyeon, namun
itupun saya ditolak dengan alasan labnya sudah penuh. Saya kecewa, karena
deadline juga sudah mepet.
Tanggal 4 Februari 2015, saya mendapat pesan dari Kang
Zaka bahwa ada 4 orang dari Indonesia yang diterima. Salah satunya Marsetio, Teknik
Material 2010 yang memang daftar di lab yang sama. Saat saya tanya siapa 3
orang lainnya, kang Zaka tidak tahu. Tapi dia yakin bahwa saya diterima saat
saya tak seyakin itu. Haha. Selama 2 hari saya benar-benar tak enak makan dan
tidur (sumpah ini bener) memikirkan pengumuman dan mempersiapkan kemungkinan
terburuk, yaitu gagal.
Tanggal 6 Februari, saat itu saya sedang ada kelas. Saya
terus-terusan membuka email berharap pengumuman cepat keluar. Ada satu email
dari IELP Admission Office bahwa
pengumuman telah keluar, dan bisa dilihat di website IELP dengan memasukan password
yang dikasih oleh panitia. Saya tidak sabar dan langsung membuka pengumuman
itu. Yang pertama saya cari adalah nomor registrasi saya, yaitu GM04204. Dan
aku serasa tak percaya, nomor registrasi saya tercantum didaftar peserta yang
lolos sebagai kandidat penerima beasiswa Monbukagakusho. Hanya 8 orang yang
diterima yang terdiri dari 6 orang master (yang akhirnya saya tau bahwa 4
orangnya dari Indonesia) dan 2 orang doktor. Saat itu perasaan lega sekaligus
bahagia ditengah-tengah dosen yang sedang menjelaskan perkuliahan. Saya
langsung memberitahukan orang tua melalui pesan singkat dan mengucapkan terima
kasih atas doa mereka.
Untuk melengkapi cerita ini, saya ingin membagi tips dan
triknya. Bagi kalian yang ingin melanjutkan S2 di Jepang atau Korea, kunci agar
bisa lolos adalah diterima oleh salah satu Professor disana. Walaupun
persyaratan IPK, TOEFL dan Rekomendasi itu penting,namun masih kalah penting
sama syarat yang satu itu. Karena di negara-negara itu, kita menjalani
perkuliahan dengan konsep research based,
artinya kita setiap hari kerjaannya ngelab. Boleh tidak masuk lab jika ada
kuliah saja. Oleh karena itu, coba kirimkan juga paper atau karya tulis yang pernah kalian buat apalagi yang
berhubungan dengan topik riset disana nanti. Itu akan memperkuat aplikasi kita.
Kendala yang biasanya dihadapi adalah kelengkapan dokumen, ada yang IPnya
dibawah syaratlah, ada juga yang bahasa inggrisnya masih jeleklah, belum ada
pengalaman ini itulah. Makanya persiapkan dari jauh-jauh hari! Kuliah yang
rajin, ikut organisasi buat nambah pengalaman, bikin penelitian sederhana,
belajar bahasa inggris, ikut tesnya. Persiapan itu butuh waktu, maka selain
investasi uang, waktu adalah bentuk investasi kalau mau dapat beasisawa. Terus
saat wawancara, jawab sedetail-detailnya dan sejujur-jujurnya. Sekali lagi, persiapkan
dari jauh-jauh hari. Bisa mulai latihan dengan teman agar lidah kita tak kaku
saat harus berbicara dengan bahasa Inggris. Baca-baca lagi CVmu, karena
pertanyaan bisa muncul dari CV. Saat wawancara, saya disuruh cerita ketika saya
pergi ke Jerman dan Singapura. Terakhir dan yang paling penting, jangan lupa
minta doa dan keridhoan orang tua agar prosesnya dilancarkan. Ingat, “Ridhaallahi
fi ridhalwalidaini”, ridho Allah terletak pada ridho orang tua. Semoga
bermanfaat dan menginspirasi!
Bandung, 21 Maret 2014
(c) Angga Hermawan
Wah kaak keren banget, terimakasih tips & trick nya hehe jadi mau investasi waktu juga buat beasiswa ^^9
BalasHapusIya semangat ya.. Oh ya blog saya pindah ke anggahermaw.wordpress.con
BalasHapus