Pages

Sabtu, 21 Maret 2015

Very Beginning of New Life Journey

Ditengah-tengah penatnya pengerjaan Tugas Akhir yang hampir menguras waktu, tenaga, pikiran sampai isi dompet, saya ingin berbagi cerita mengenai beasiswa yang baru saja saya terima mulai dari proses sampai tips dan triknya. Semoga bermanfaat!

Sebelumnya, saya ingin mengumumkan bahwa Alhamdulillah saya diterima di Tohoku University melalui program International Environmental Leadership Program (IELP). Program ini diselenggarakan oleh Graduate School of Environmental Studies. Program ini sebenarnya salah satu dari banyak Priority Graduate Program (PGP) yang dibiayai oleh MEXT atau yang lebih dikenal dengan Monbukagakusho. Program-program yang lain bisa dilihat di web ini. Insyaallah, saya akan menjalani kuliah S2-S3 selama lima tahun di kampus yang terletak di kota Sendai tersebut.

Saya akan mulai cerita dari awal. Bulan November akhir tahun lalu, salah satu dosen di Jurusan mengumumkan bahwa sedang ada pendaftaran IELP untuk tahun 2015 dan ditempel di mading depan Tata Usaha Teknik Material dan bagi yang berminat bisa menghubungi beliau. Awalnya saya kurang tertarik, karena alasan pertama adalah Tohoku University/Tohoku Daigaku atau biasa disingkat Tohokudai bukan kampus impian saya, walaupun Jepang masuk dalam daftar ‘must visit countries’. Alasan kedua karena melihat dari judul programnya, sangat jauh dari minat dan topik tugas akhir saya. Jadilah saya abaikan pengumuman itu. Selain pengumuman yang ditempel, kakak kelas saya (Teknik Material 2010) yang diterima diprogram IELP 2014 memposting pengumuman lebih detail. Setelah saya lihat-lihat, ternyata kita boleh mengambil jurusan yang berafiliasi dengan Graduate School of Environmental Studies (GSES). Dari situ mulai kepo mengenai program ini. Mulai dari tanya-tanya sampai mencari semua Informasi tentang Tohokudai.

Setelah membaca dan memahami persyaratannya, saya memberanikan diri untuk menghadap dosen yang memberi pengumuman untuk mengatakan bahwa saya minat ikut program tersebut. Setelah ngobrol, saya kira akan diberikan kontak professor disana, tapi ternyata harus mencari Professor  sendiri. Walaupun sudah cukup pengalaman dalam mengontak dan berdiskusi dengan professor di NTU lewat email, tapi ini berbeda. Saya akan mengontak orang yang tak saya kenal, dan dia tak kenal saya. Memang, dalam salah satu proses Pre-application IELP ini, semua pendaftar harus sudah diterima oleh seorang Professor di Tohokudai, kalau tidak, maka aplikasinya tidak akan diterima.

Next, saya jelajahi semua lab yang ada afiliasi dengan GSES, dan ada beberapa lab yang sangat dekat dengan topik tugas akhir salah satunya Environmental Inorganic Material Chemistry Laboratory yang dikomandani oleh Prof. Tsugio Sato dan Assoc. Prof. Shu Yin. Melihat research topic dan publikasinya, sepertinya sesuai minat saya di sintesis nanomaterial untuk berbagai aplikasi khususnya lingkungan.

Pagi hari, sekitar jam 5 pagi, saya mengirim email kepada Prof. Sato, dan berharap bisa segera dibalas, karena deadline aplikasi tinggal 2 minggu lagi. Tapi, sampai esok harinya tak ada satupun email yang masuk. Padahal, saya sudah memilah-milah kalimat agar menarik untuk dibaca. Usaha tak sampai disini, saya mencoba mengemail kepada Prof. Yin. Tapi sama saja tak ada balasan. Saya mulai mencari lab lain sekaligus berkonsultasi dengan kakak kelas disana. Dia menyarankan agar saya menemui Prof. Kimura di kantor Perwakilan Tohoku University di IRO ITB. Saya mengemail Prof. Kimura untuk membuat janji, dan diminta untuk bertemu setelah makan siang dikantornya.

Kantor perwakilan Tohokudai terletak di lantai 2, gedung IRO ITB. Setelah mencari-cari, akhirnya ketemu juga pintu masuknya. Saya diterima oleh sekretarisnya dan meminta untuk menunggu sebentar. Kimura sensei keluar dari ruangannya. Saya berdiri dan langsung menyalami beliau. Saya bercerita bahwa saya berminat untuk mendaftar program IELP dan sudah menghubungi Professor disana tapi belum mendapatkan balasan. Setelah itu, beliau ‘menginterogasi’ saya dengan beberapa pertanyaan mulai dari IP, TOEFL, CV, Topik TA, dll. Mungkin untuk mengecek kesiapan. Setelah itu, beliau langsung mengambil telepon dan dari pembicaraannya, beliau sedang mengontak GSES langsung supaya memberitahukan Prof. Sato dan Prof. Yin bahwa ada mahasiswa yang ingin melanjutkan studi di lab mereka. Setelah mengobrol dan meminta advice dari Kimura Sensei, saya izin pamit.

Tak lama berselang, sekitar sore harinya, ada satu email masuk. Tau dari siapa? Dari Prof. Yin! Saya kaget, dan cepat-cepat membaca. Intinya Yin sensei menguncapkan terima kasih sudah interest di topik penelitiannya dan menerima saya di labnya asal saya diterima sebagai penerima beasiswa Monbukagakusho. Senang sekali hari itu. Saya mengulang-ulang membaca email dari Yin sensei, untuk memastikan bahwa saya tidak salah lihat. Haha.

Sejak saat itu, saya berdiskusi mengenai tema besar penelitian yang akan saya geluti selama 5 tahun ke depan. Saya meminta topik apapun asal yang behubungan dengan nanomaterial. Akhirnya setelah satu minggu berdiskusi, disetujuilah topik mengenai “Water Controlled Release Solvothermal Process (WCRSP) of Morphological Controllable Oxide Based Nanomaterial”. Keren kan? Biasa aja sih sebenernya. Hehe. Intinya cuma tentang mengembangkan teknik baru untuk sintesis nanomaterial.
Saya juga tidak lupa untuk melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pendaftaran. Tidak terlalu sulit jika kita mempersiapkannya dari jauh-jauh hari. Application Form, CV/Resume, Transkrip IP, 2 Recommendation Letter dan Sertifikat Bahasa. Saya masih ingat saat meminta surat rekomendasi ke dosen pembimbing tugas akhir, saya ditolak karena saya belum lulus. Walaupun saya sudah meminta dengan muka yang penuh belas kasih, tetap saja beliau tidak mau. Sedih kan. Tapi, saya selalu memegang prinsip untuk selalu tegas terhadap tujuan, dan fleksibel dengan cara mencapainya. Sehingga saya memutuskan untuk meminta rekomendasi dari dosen yang memberikan pengumuman tentang program ini. Alhamdulillah beliau menyetujui. Selain itu, syarat yang belum saya penuhi yaitu Sertifikat Bahasa. Waktu itu saya cuma ada TOEFL ITP. Walaupun skornya bagus, tapi tidak tercantum dalam persyaratan. Hanya ada TOEFL-iBT, IELTS atau TOEIC. Setelah mengemail panitia, saya diperbolehkan menggunakan TOEFL ITP terlebih dahulu dengan syarat mengirimkan salah satu language certificate diatas. Dengan penuh pertimbangan, akhirnya saya memilih mengambil TOEIC karena selain harganya paling murah, dan waktu tesnya juga setiap hari rabu. Saya daftar di ITC yang terletak di Jakarta dan sertifikat bisa diambil H+1 yang bisa saya langsung saya kirimkan. Ada satu lagi yang paling berkesan, yaitu saat mengirim berkas. Persyaratan semua sudah selesai, tinggal menunggu surat rekomendasi dari kaprodi yang baru pulang dari Hiroshima tepat menjelang batas akhir pengiriman. Saya segera menuju kantor pos di Jalan Asia Afrika. Ditengah perjalanan, hujan tiba-tiba turun deras sekali. Sehingga saat turun dari Angkot, saya lindungi tas dengan jaket supaya tak terkena air. Saya panggil tukang becak untuk mengantarku ke depan kantor pos. Becak satu-satunya alternatif agar berkas-berkas saya tak basah oleh air hujan. Walaupun akhirnya celana dan jaket basah kuyup, namun tak apa, karena isi tas lebih penting. Sesampainya depan kantor pos, ternyata sudah tutup. Saya kecewa. Padahal masih ada waktu 5 menit lagi. Saya mengirim dokumen esok harinya, pagi-pagi sekali, berharap dokumen sampai tepat waktu di Jepang. Saya menggunakan EMS yang memiliki fasilitas tracking number, jadi kita bisa memantau sudah sampai mana dokumen kita. Alhamudillah, dokumen saya sampai di Tohokudai tepat waktu.

Singkat cerita, saya dihubungi oleh Prof. Yin untuk jadwal wawancara. Awalnya, saya akan diwawancarai tanggal 8 Januari 2015 melalui Skype atau WeChat. Saya sudah persiapan dari jauh-jauh hari, mulai dari menginstall ulang Skype untuk windows 8, menginstall WeChat sampai mengecek kestabilan koneksi internet di ITB. Selain itu saya juga sudah mempersiapkan segala kemungkinan pertanyaan yang akan muncul dan serta bagaimana saya harus menjawabnya. Tapi ternyata jadwal wawancara saya diundur jadi tanggal 19 Januari, padahal saya sudah cepat-cepat ke Bandung hanya untuk wawancara. Tapi tak apa, saya yakin ada hikmah dibalik ini.

Tibalah hari wawancara, saya harus jam 7 pagi ke ruang multimedia FTMD agar mendapat koneksi internet yang cepat. Saya dibantu Teknisi IT disana. Jam 8 saya juga melakukan testing dengan Prof. Yin untuk memastikan semua berjalan dengan lancar. Tak lupa juga meminta doa ke orang tua supaya dilancarkan dan berikan hasil yang terbaik. Waktu itu ada 3 orang pewawancara, saya lupa namanya. Tapi salah satunya adalah Prof. Yin tentu saja. Satu persatu secara bergiliran membombardir saya dengan pertanyaan. Alhamdulillah saya bisa jawab dengan lancar, walaupun diawal-awal ada gangguan dengan koneksi internet sehingga harus menunggu selama 15 menit agar kembali stabil. Sekitar 1 jam, wawancara selesai. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas waktu dan kesempatannya. Saya juga mengatakan ini pertama kalinya saya diwawancarai oleh Professor-professor terbaik dibidangnya. Mereka juga menyampaikan beberapa hal salah satunya adalah final announcement yang akan di release tanggal 6 Februari, artinya 3 minggu setelah wawancara.

Sambil menunggu, saya juga sempat mencari-cari beasiswa lain salah satunya Korean Government Scholarship Program (KGSP) ke Korea University untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Sama seperti IELP yang mensyaratkan agar menghubungi Professor terlebih dahulu, maka saya mengemail beberapa professor disana yang akhirnya tak ada satupun email yang dibalas. Ada satu, Prof. Taeyeon, namun itupun saya ditolak dengan alasan labnya sudah penuh. Saya kecewa, karena deadline juga sudah mepet.

Tanggal 4 Februari 2015, saya mendapat pesan dari Kang Zaka bahwa ada 4 orang dari Indonesia yang diterima. Salah satunya Marsetio, Teknik Material 2010 yang memang daftar di lab yang sama. Saat saya tanya siapa 3 orang lainnya, kang Zaka tidak tahu. Tapi dia yakin bahwa saya diterima saat saya tak seyakin itu. Haha. Selama 2 hari saya benar-benar tak enak makan dan tidur (sumpah ini bener) memikirkan pengumuman dan mempersiapkan kemungkinan terburuk, yaitu gagal.

Tanggal 6 Februari, saat itu saya sedang ada kelas. Saya terus-terusan membuka email berharap pengumuman cepat keluar. Ada satu email dari IELP Admission Office bahwa pengumuman telah keluar, dan bisa dilihat di website IELP dengan memasukan password yang dikasih oleh panitia. Saya tidak sabar dan langsung membuka pengumuman itu. Yang pertama saya cari adalah nomor registrasi saya, yaitu GM04204. Dan aku serasa tak percaya, nomor registrasi saya tercantum didaftar peserta yang lolos sebagai kandidat penerima beasiswa Monbukagakusho. Hanya 8 orang yang diterima yang terdiri dari 6 orang master (yang akhirnya saya tau bahwa 4 orangnya dari Indonesia) dan 2 orang doktor. Saat itu perasaan lega sekaligus bahagia ditengah-tengah dosen yang sedang menjelaskan perkuliahan. Saya langsung memberitahukan orang tua melalui pesan singkat dan mengucapkan terima kasih atas doa mereka.

Untuk melengkapi cerita ini, saya ingin membagi tips dan triknya. Bagi kalian yang ingin melanjutkan S2 di Jepang atau Korea, kunci agar bisa lolos adalah diterima oleh salah satu Professor disana. Walaupun persyaratan IPK, TOEFL dan Rekomendasi itu penting,namun masih kalah penting sama syarat yang satu itu. Karena di negara-negara itu, kita menjalani perkuliahan dengan konsep research based, artinya kita setiap hari kerjaannya ngelab. Boleh tidak masuk lab jika ada kuliah saja. Oleh karena itu, coba kirimkan juga paper atau karya tulis yang pernah kalian buat apalagi yang berhubungan dengan topik riset disana nanti. Itu akan memperkuat aplikasi kita. Kendala yang biasanya dihadapi adalah kelengkapan dokumen, ada yang IPnya dibawah syaratlah, ada juga yang bahasa inggrisnya masih jeleklah, belum ada pengalaman ini itulah. Makanya persiapkan dari jauh-jauh hari! Kuliah yang rajin, ikut organisasi buat nambah pengalaman, bikin penelitian sederhana, belajar bahasa inggris, ikut tesnya. Persiapan itu butuh waktu, maka selain investasi uang, waktu adalah bentuk investasi kalau mau dapat beasisawa. Terus saat wawancara, jawab sedetail-detailnya dan sejujur-jujurnya. Sekali lagi, persiapkan dari jauh-jauh hari. Bisa mulai latihan dengan teman agar lidah kita tak kaku saat harus berbicara dengan bahasa Inggris. Baca-baca lagi CVmu, karena pertanyaan bisa muncul dari CV. Saat wawancara, saya disuruh cerita ketika saya pergi ke Jerman dan Singapura. Terakhir dan yang paling penting, jangan lupa minta doa dan keridhoan orang tua agar prosesnya dilancarkan. Ingat, “Ridhaallahi fi ridhalwalidaini”, ridho Allah terletak pada ridho orang tua. Semoga bermanfaat dan menginspirasi!

Bandung, 21 Maret 2014

(c) Angga Hermawan

2 komentar:

  1. Wah kaak keren banget, terimakasih tips & trick nya hehe jadi mau investasi waktu juga buat beasiswa ^^9

    BalasHapus
  2. Iya semangat ya.. Oh ya blog saya pindah ke anggahermaw.wordpress.con

    BalasHapus