Pages

Jumat, 25 September 2015

Teman Jalan-Jalan

Sebelumnya, hampir semua postingan saya berisikan tentang berbagai pengalaman hidup dan jalan-jalan saya di negara lain. Tapi kali ini, saya ingin menceritakan teman teman travelling. Memang, kalau di foto-foto, saya terlihat selalu asik sendiri. Tak ada yang menemani. *inikenapanyani*. Tapi eits jangan salah, ada beberapa teman setia yang selalu saya bawa ke negara manapun saya pergi. Walaupun tidak bisa berbicara, tapi pengalaman mereka (mungkin) lebih banyak dari pembaca sekalian. Saya tipe yang setia *promosi XD* sehingga tak rela rasanya mengganti keberadaan mereka. Tak usah lama-lama, saya perkenalkan mereka. eng ing eng.....


1. Tas Ransel Syncase. Kalau tidak salah, tas ini saya beli pas tingkat 2 kuliah. Teman tertua. Artinya, tas ini saya bawa ketika saya berangkat ke luar negeri pertama kali, yaitu ke Jerman. Tas ini juga menemani saat ‘ngegembel’ di beberapa negara eropa dan ASEAN. Merasakan dinginnya angin sore di Allianz Arena, menjadi bantal saat merebahkan badan di kursi jalanan kota Paris, pengganti bantal guling penghangat saat perjalanan Frankfurt-Vienna-Prague-Berlin-Frankurt sampai pernah penuh dengan debu saat dikeluarkan dari Bus Malam rute Siem Reap-Phnom Penh. Tas ini juga menjadi pelindung barang-barang dikala hujan seperti saat di Kaoshiung-Tainan. Selain itu, juga pernah menginap di Venetian (sebuah kasino mewah di Macau) serta menjadi teman tidur beberapa malam di Hongkong Int’l Airport. Kalau dihitung-hitung, tas ini sudah ke 13 Negara dan 2 Wilayah Special Administrativenya China. Saat ini, dia sudah bersiap untuk menjadi teman hidup selama 5 tahun (mungkin lebih) di Jepang nanti. Wow. Setianya dirimu. Haha.

2. Sepatu Tomkins. Berbeda dengan tas ransel, barang ini saya beli sebelum berangkat ke NTU, Singapura. Karena sepatu yang sebelumnya sudah tak layak. Sepatu ini juga tak kalah ‘menderitanya’ dengan tas ransel. Sepatu ini pernah dibawa berlari mengejar check-in pesawat kuala lumpur-bangkok, menjelajah Angkor yang sangat panas dan berdebu, serta merasakan dinginnya udara perbatasan Vietnam-Laos yang berada di wilayah pegunungan. Sepatu ini juga sudah singgah ke beberapa tempat sejarah peradaban dunia, menaiki berbagai macam moda transportasi dari kereta sampai tuktuk, sampai ikut tersesat di sebuah pantai antah berantah di wilayah San Juan, Batangas, Filipina. Sepatu ini juga akan tetap ikut mengarungi kerasnya kehidupan Master-PhD di Jepang.

3. Tas selempang kecil. Walaupun kecil, nyalinya besar. Dia mau mau aja saya ajak ke tempat tempat yang belum dia kunjungi. Warnanya yang cokelat, membuat tas ini selalu terlihat elegan walaupun kulitnya sering tersengat matahari dan terguyur air hujan. Tas ini hampir saja tertinggal di bus tengah malam Bangkok-Siem Reap. Tas kecil ini menjadi tempat menyimpan kamera, charger HP, earphone, kadang-kadang passport kalau sedang di Bandara atau Imigrasi, brosur-brosur dan city and tourism map serta itinerary perjalanan lengkap dengan alat tulisnya. Oh ya, pengalamannya hampir sama dengan sepatu Tomkins. Sudah ke 7 Negara dan 2 Wilayah Special Administrative. Luar biasanya, dia tak mau ketinggalan untuk ikut ke Jepang. Saya akan ajak dia merasakan dinginnya salju di Hokkaido nanti!

4. Passport. Ini sih barang yang sudah pasti selalu dibawa kalau kita mau ke luar dari Indonesia. Yaiyalah, yang ada malah kita di cegat di bagian imigrasi kalau kita ngga punya ini. Saya buat passport sekitar bulan September 2012, karena dimotivasi oleh Pak Hermawan. “Passport itu kunci kita keluar negeri. Buat saja dulu, keluar negeri kapanpun tak masalah”. Ya, waktu itu pembuatan passport hanya 255 ribu rupiah udh lengkap dengan sampulnya. Walaupun kurang puas dengan foto diri di passport karena terlihat seperti DPO (Daftar Pencarian Orang), tapi tak apalah, toh udah terjadi ini. Haha. Dan tebak, passport ini baru digunakan setahun kemudian, tepatnya bulan Juni 2013. Jadi sekitar 8 bulan lebih, passport ini saya simpan di bawah tumpukan baju saja. Tambah beberapa hari saja, passport ini udah bisa melahirkan anak pertamanya. Hahaha. Tapi ternyata digugurkan oleh Visa Schengen yang menempel di halaman ke 7 nya. Kira-kira ada 44 ‘tato’ dan 3 ‘koyo’ (Visa, red) yang sudah ditempel di tubuhnya selama 2 tahun bepergian. Sengaja passport ini saya belikan ‘jaket’ bertuliskan World Trip. Tentunya passport ini saya akan bawa ke Jepang, walaupun umur hidupnya tinggal 2 tahun lagi. Huhuhu, sedih jika harus diganti dengan yang baru. :”(

Itulah 4 teman setia perjalanan saya. Semuanya memberikan kesan. Banyak tersimpan pengalaman bersama mereka. Tapi, jujur saya merindukan teman perjalanan yang bisa saya ajak bicara. Merencanakan jadwal, berburu tiket promo dan tempat menginap bersama. Menjelajahi tempat-tempat impian bersama. Menjelajahi setiap nanometer bumi-Nya, bukan sekedar mengabadikan moment bersama, tapi juga untuk mengagungkan kebesaran serta ciptaan-Nya. Ya suatu saat nanti, bersamamu, wahai pendamping hidupku di dunia dan diakhirat. Ini bukan kode untuk seseorang. Serius, bukan. Ini adalah sebuah harapan yang tak hentinya ada dalam setiap doa yang saya panjatkan. :”)

Dan, tak terasa sudah mau berangkat ke Jepang. *baper* 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar