Sebelumnya, hampir semua postingan saya berisikan tentang berbagai
pengalaman hidup dan jalan-jalan saya di negara lain. Tapi kali ini, saya ingin
menceritakan teman teman travelling. Memang, kalau di foto-foto, saya terlihat
selalu asik sendiri. Tak ada yang menemani. *inikenapanyani*. Tapi eits jangan
salah, ada beberapa teman setia yang selalu saya bawa ke negara manapun saya
pergi. Walaupun tidak bisa berbicara, tapi pengalaman mereka (mungkin) lebih
banyak dari pembaca sekalian. Saya tipe yang setia *promosi XD* sehingga tak
rela rasanya mengganti keberadaan mereka. Tak usah lama-lama, saya perkenalkan
mereka. eng ing eng.....
1. Tas Ransel Syncase. Kalau tidak salah, tas ini saya beli pas
tingkat 2 kuliah. Teman tertua. Artinya, tas ini saya bawa ketika saya
berangkat ke luar negeri pertama kali, yaitu ke Jerman. Tas ini juga menemani
saat ‘ngegembel’ di beberapa negara eropa dan ASEAN. Merasakan dinginnya angin
sore di Allianz Arena, menjadi bantal saat merebahkan badan di kursi jalanan
kota Paris, pengganti bantal guling penghangat saat perjalanan Frankfurt-Vienna-Prague-Berlin-Frankurt
sampai pernah penuh dengan debu saat dikeluarkan dari Bus Malam rute Siem
Reap-Phnom Penh. Tas ini juga menjadi pelindung barang-barang dikala hujan
seperti saat di Kaoshiung-Tainan. Selain itu, juga pernah menginap di Venetian (sebuah
kasino mewah di Macau) serta menjadi teman tidur beberapa malam di Hongkong Int’l
Airport. Kalau dihitung-hitung, tas ini sudah ke 13 Negara dan 2 Wilayah
Special Administrativenya China. Saat ini, dia sudah bersiap untuk menjadi
teman hidup selama 5 tahun (mungkin lebih) di Jepang nanti. Wow. Setianya
dirimu. Haha.
2. Sepatu Tomkins. Berbeda dengan tas ransel, barang ini saya beli
sebelum berangkat ke NTU, Singapura. Karena sepatu yang sebelumnya sudah tak
layak. Sepatu ini juga tak kalah ‘menderitanya’ dengan tas ransel. Sepatu ini
pernah dibawa berlari mengejar check-in pesawat kuala lumpur-bangkok,
menjelajah Angkor yang sangat panas dan berdebu, serta merasakan dinginnya
udara perbatasan Vietnam-Laos yang berada di wilayah pegunungan. Sepatu ini
juga sudah singgah ke beberapa tempat sejarah peradaban dunia, menaiki berbagai
macam moda transportasi dari kereta sampai tuktuk, sampai ikut tersesat di
sebuah pantai antah berantah di wilayah San Juan, Batangas, Filipina. Sepatu
ini juga akan tetap ikut mengarungi kerasnya kehidupan Master-PhD di Jepang.
3. Tas selempang kecil. Walaupun kecil, nyalinya besar. Dia mau mau aja
saya ajak ke tempat tempat yang belum dia kunjungi. Warnanya yang cokelat,
membuat tas ini selalu terlihat elegan walaupun kulitnya sering tersengat
matahari dan terguyur air hujan. Tas ini hampir saja tertinggal di bus tengah
malam Bangkok-Siem Reap. Tas kecil ini menjadi tempat menyimpan kamera, charger
HP, earphone, kadang-kadang passport kalau sedang di Bandara atau
Imigrasi, brosur-brosur dan city and tourism map serta itinerary
perjalanan lengkap dengan alat tulisnya. Oh ya, pengalamannya hampir sama
dengan sepatu Tomkins. Sudah ke 7 Negara dan 2 Wilayah Special
Administrative. Luar biasanya, dia tak mau ketinggalan untuk ikut ke
Jepang. Saya akan ajak dia merasakan dinginnya salju di Hokkaido nanti!
4. Passport. Ini sih barang yang sudah pasti selalu dibawa kalau
kita mau ke luar dari Indonesia. Yaiyalah, yang ada malah kita di cegat di
bagian imigrasi kalau kita ngga punya ini. Saya buat passport sekitar bulan
September 2012, karena dimotivasi oleh Pak Hermawan. “Passport itu kunci kita
keluar negeri. Buat saja dulu, keluar negeri kapanpun tak masalah”. Ya, waktu
itu pembuatan passport hanya 255 ribu rupiah udh lengkap dengan sampulnya.
Walaupun kurang puas dengan foto diri di passport karena terlihat seperti DPO
(Daftar Pencarian Orang), tapi tak apalah, toh udah terjadi ini. Haha. Dan
tebak, passport ini baru digunakan setahun kemudian, tepatnya bulan Juni 2013.
Jadi sekitar 8 bulan lebih, passport ini saya simpan di bawah tumpukan baju
saja. Tambah beberapa hari saja, passport ini udah bisa melahirkan anak
pertamanya. Hahaha. Tapi ternyata digugurkan oleh Visa Schengen yang menempel
di halaman ke 7 nya. Kira-kira ada 44 ‘tato’ dan 3 ‘koyo’ (Visa, red)
yang sudah ditempel di tubuhnya selama 2 tahun bepergian. Sengaja passport ini
saya belikan ‘jaket’ bertuliskan World Trip. Tentunya passport ini saya
akan bawa ke Jepang, walaupun umur hidupnya tinggal 2 tahun lagi. Huhuhu, sedih
jika harus diganti dengan yang baru. :”(
Itulah 4 teman setia perjalanan saya. Semuanya memberikan kesan. Banyak
tersimpan pengalaman bersama mereka. Tapi, jujur saya merindukan teman perjalanan
yang bisa saya ajak bicara. Merencanakan jadwal, berburu tiket promo dan tempat
menginap bersama. Menjelajahi tempat-tempat impian bersama. Menjelajahi setiap
nanometer bumi-Nya, bukan sekedar mengabadikan moment bersama, tapi juga untuk
mengagungkan kebesaran serta ciptaan-Nya. Ya suatu saat nanti, bersamamu, wahai
pendamping hidupku di dunia dan diakhirat. Ini bukan kode untuk seseorang.
Serius, bukan. Ini adalah sebuah harapan yang tak hentinya ada dalam setiap doa
yang saya panjatkan. :”)
Dan, tak terasa sudah mau berangkat ke Jepang. *baper*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar