Tak terasa, sudah mau akhir Oktober aja. Artinya,
sudah sebulan saya menetap di Jepang. Artinya lagi, beasiswa pertama bakal
turun sebentar lagi! Yuhu! Bisa buat borong baju ini mah, Apalagi sebentar lagi
winter. Harus nimbun Indomie sebanyak-banyaknya. Haha
Sekitar semingguan lalu, tepatnya tanggal 18
Oktober, Tim Angklung PPIS diundang untuk mengisi acara di Kitayama Matsuri,
semacam festival yang diadakan oleh Kitayama-machi. Kalau diumpamakan dengan
Indonesia mah ya ‘Kecamatan Kitayama’ lah. Nah kebetulan, untuk mengisi waktu
kosong, saya ikutan deh. Selain bisa semakin kenal dekat ama anggota PPIS, juga
bisa ikut mempromosikan kebudayaan Indonesia ke warga Jepang. Karena, mahasiswa
yang belajar di luar negeri bisa dianggap sebagai dutanya Indonesia. Bukan duta
yang vokalis Sheila on 7 itu ya. Awas nanti kebalik.
Kita membawakan 2 lagu, yaitu theme song Chibi
Maruko-chan yang ‘pichara pichara’ ama lagu Bengawan Solo. Walaupun kebanyakan
adalah pemain amatiran, bahkan ada yang baru pertama kali pegang angklung,
penampilan kita bisa dibilang sangat berkesan, dapat dilihat dari wajah penuh
antusias para penonton, yang kebanyakan diisi oleh Kakek-kakek dan Nenek-Nenek.
Penampilan angklung kami semakin meriah saat mas heski dan mbak gita
menyanyikan lagu Bengawan Solo dalam bahasa Jepang Sebelum ditutup, kami
mengajak mereka untuk bermain angklung bersama. Kami mengajarkan cara memegang
dan memainkan angklung. Ternyata mereka juga berhasil membawakan lagu
sederhana, tapi saya lupa lagunya. Haha. Penampilan diakhiri dengan tepuk
tangan meriah dari para penonton. Oh iya, tanggal 3 November ini juga kami akan
kembali tampil di Aoba Kumin Matsuri.
Selain itu, kontingen Indonesia juga mendirikan
stand. Tujuannya agar pengunjung bisa mencoba baju baju tradisional Indonesia.
Dari anak-anak, mahasiswa sampai yang tua pun tak luput ingin mencoba. Dan
inilah foto-fotonya :
Minggu depannya, PPIS kembali mengadakan kegiatan
seru. Jalan-jalan. Bahasa kerennya Geo-tracking. Menikmati suasana musim gugur di daerah Yamagata. Dikomandoi oleh Gian, kami
berangkat dari Tohokufukushidai eki menuju omoshiroyama dengan menggunakan
kereta senzan line. Tarifnya 580 Yen. Omoshiroyama berada di Yamagata
Prefecture. Di dalam kereta ternyata sudah ada Bang Dipta, Salman, Mbak Hana,
Mbak Yuni dan Mas Adam. Turun di Omoshiroyama, udara dingin langsung menyambut.
Waktu itu sekitar 9 derajat lah. Tapi karena pemandangan yang cihui ditambah
kombinasi warna dedaunan merah kuning hijau, membuat sebagian dari kami untuk
langsung mengabadikan momen. Baik secara selfie, maupun selfie rame-rame.
Selfie everywhere pokoknya mah. Sebelum menyusuri track yang sebagian berupa
sungai, kami pemanasan dulu. Supaya tidak kram saat di Jalan. Setelah itu,
barulah kita berangkat. Belum 5 menit berjalan, kita udah selfie-selfie lagi.
Hadeuuh. Kapan sampainya. Haha. Perjalanan sebenernya cukup mudah. Tracknya datar-datar
dengan sedikit variasi tanjakan. Namun batu-batu sungai yang licin, serta jalan
setapak membuat kita harus ekstra hati-hati. Suasana yang sejuk, gemercik air
sungai dan suara burung-burung sangat berkesan, terutama bagi saya. Semua orang
siaga dengan kameranya masing-masing, menangkap setiap momen. Tak ada satupun
yang luput dari jepretan mereka. Setiap kali nemu view yang bagus, langsung
foto. Memang tujuan utamanya sih foto foto. Haha. Yang paling ditunggu adalah
saat makan siang. Setiap orang membawa makan masing-masing, kecuali Gian. Dia
cuma bawa kotak bento kosong. Gak bilang-bilang dia, kalau gitu mah, saya juga
mau ikutan. Hahaha. Mas Adam yang sedari tadi membawa kotak makan besar,
langsung dikerubungi oleh manusia-manusia kelaparan. Mbak Yuni akhirnya
membagikan makanan2 yang ia buat. Enak mbak. Makasih ya! Buat Mas Gunawan juga
terima kasih pecelnya, enak bangeeet. Kapan-kapan minta dibuatin lagi ah.
Hahaha.
Kurang lebih dua jam, kami sampai juga di tujuan
akhir kita, yaitu Yamadera Shrine. Salah satu tempat wisata di Yamagata. Untuk
masuk dan menuju keatas kuil ini, kita harus membayar 300 Yen. Untuk sampai
keatas pula, kita harus menaiki anak tangga, yang jumlahnya ratusan mungkin. Tapi
semuanya terbayar, ketika kita sampai atas. Pemandangannya juga sangat indah.
Ada rumah-rumah yang bercokol ditebing. Selain itu kita juga bisa melihat
matahari terbenam, jika beruntung. Kalau tanya sejarahnya tentang kuil ini,
jangan ke saya ya. Soalnya kebanyakan pakai Kanji dan aya belum bisa bacanya.
:(
Dan ini dia foto-fotonya :
Setelah puas foto-foto kami segera turun ke bawah
karena sudah gelap dan udara juga semakin dingin. Bersama-sama lagi menuju ke
Tohokufukushidai Eki dengan naik kereta. Oke segitu dulu ya. Ditunggu cerita selanjutnya.