Pages

Selasa, 27 Januari 2015

My Roommate (part.1)

Ini ceritaku saat exchange di Nanyang Technological Univeristy , Singapura. Sudah berlalu lama sekali memang, entah kenapa pengen sekali menuliskan cerita ini. 

Jadi ceritanya, selama di NTU, aku tinggal di Asrama dalam kampus. Biasa di sebut Hall of Residence. NTU memiliki 16 Hall of Residences, dan 2 Residences buat Graduate Student. Selain itu disediakan pula apartment-apartment untuk tempat tinggal dosen. Para mahasiswa yang exchange akan ditempatkan secara acak ke salah satu Hall tersebut. Kita tidak bisa memilih Hall mana yang akan kita tempati, kasur mana yang akan kita tiduri, dan dengan siapa kita tinggal. Tapi, tidak semua mahasiswa exchange akan mendapatkan Hall, karena kapasitasnya yang terbatas. Terpaksa, bagi yang tidak mendapatkan Hall ini harus menyewa apartment disekitar kampus yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan tinggal di Hall. Tak seperti mahasiswa Echange lain, sebagai TF LEaRN scholars, kita diberikan keistimewaan untuk tinggal di Hall NTU. Tujuannya agar kita bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan belajar di NTU dengan cara berinteraksi dengan mahasiswa lokal yang tinggal di Hall itu. Aku sendiri tinggal di Kamar 66-1-1364R, Hall 14. Itu bukan sembarang nomor loh, ada artinya. 66 itu menunjukan Blok, 1 itu menunjukan lantai, 1364 menunjukan kamar dan R menunjukan posisi kasur kita. Hebat ya, bisa dibikin kode semacam itu, sehingga setiap mahasiswa yang tinggal di Hall, memiliki kode yang berbeda. TF LEaRN scholars lain yang tinggal satu Blok adalah Dianty, dari UGM. Dia tinggal di Lantai 3. Memang kalau disini, mahasiswa dan mahasiswi bisa tinggal di Blok dan Hall yang sama, hanya berbeda lantai saja. Biasanya mahasiswi menempati Lantai atas, dan mahasiswa tinggal di kamar yang berada di lantai bawah. Ada pagar besi yang membatasi keduanya. Namun, tetap saja bisa dilalui dengan kunci yang diberikan ke kita. Ngomong-ngomong tentang kunci, disini sudah canggih loh. Kita diberi 3 kunci, 1 kunci kamar, 1 kunci lemari dan 1 kunci jendela. Kunci lemari dan kunci jendela bentuknya sama dengan kunci-kunci pada umumnya. Namun kunci kamar yang beda. Bukan seperti kunci biasa. Bentuknya lingkaran kecil. Cara kerjanya tinggal sentuhkan ke pegangan pintu, dan hap, secara ajaib pintu bisa terbuka. Kalau mau keluar dari kamar, tinggal tutup pintu dan otomatis akan terkunci. Jadi kita harus berhati-hati jangan sampai menutup pintu dengan kunci kamar tertinggal di dalam. Pilihannya 2, tidak bisa masuk atau MEMBAYAR DENDA. Ya, kita bisa meminta untuk dibukakan kamar, asal membayar denda. Dendanya 30 SGD. Terlihat sedikit memang, tapi buatku itu bisa buat makan selama 3 hari!

Mari kembali ke tujuan kenapa tulisan ini dibuat. Supaya cepet kelar aja sih sebenernya. Hehe. Kamarku tipenya shared room, artinya satu kamar ditempati oleh 2 orang. Ya, selama 5 bulan kedepan aku akan berbagi, bukan cuma berbagi kamar, tapi juga berbagi cerita.

Namanya Brian Won, mahasiswa asal Kanada yang berdarah Chinese. Dia mahasiswa Jurusan Business di University of Ottawa. Memang katanya banyak keturunan Chinese yang tinggal di Kanada. Saat perkenalan pertama kali, aku kurang jelas mendengar namanya. Dia juga begitu, susah untuk melafalkan namaku. Dia memanggil namaku dengan ‘Engga’, ya karena huruf A diawal kalimat lazimnya dibaca E. Tapi ya gapapa lah. Haha.

Kami saling bertanya satu sama lain mengenai Umur, kenapa Exchange di NTU, berapa banyak dari Kanada, berapa lama dari Kanada ke sini, dan pertanyaan-pertanyaan lain. Aku kira ini ajang untuk memberi first impression kepada orang luar tentang orang Indonesia. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya Muslim, tentu dia tak luput untuk menanyakan segala macam tentang Islam. Awalnya dia melihat aku sholat shubuh di Kamar sekitar jam 5.30 Waktu Singapura. Dia bertanya apakah semua orang islam melakukan Ibadah sepagi ini disaat orang lain terlelap tidur. Aku jawab ya. Islam mewajibkan pengikutnya untuk melakukan Ibadah, yang disebut sholat 5 kali sehari. Aku jelaskan kapan saja waktunya, kenapa menghadap kiblat, gimana kalau tidak melaksanakan sholat. Dia agak terkejut karena baru tau kalau Islam mewajibkan semua itu. Aku juga bercerita kalau Islam melarang untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram, seperti Babi, alkohol atau makanan/minuman yang mengandung hal yang diharamkan tersebut. Dia bertanya gimana cara membedakan halal atau haram. Aku kasih tau bahwa makanan yang halal itu ada logo dan sertifikatnya dari Lembaga Islam, kalau di Singapura namanya Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). Aku kira di negara lain juga sama. Walaupun dengan bahasa Inggris yang sedikit terbata-bata karena banyak istilah dalam Islam yang aku tidak tahu bahasa Inggrisnya, namun aku yakin dia mengerti. Jadi, kamu sebagai orang muslim wajib menguasai Bahasa Inggris agar bisa menjelaskan bagaimana Islam sehingga mereka yang memandang Islam dari luarnya saja, bisa tercerahkan dengan penjelasan-penjelasan kita. Dari situ kami mulai akrab dengan banyak bercerita tentang diri kami masing-masing.

Suatu saat aku dikerjai olehnya. Saat itu hari minggu, dan aku malas sekali untuk keluar. Dia membawa makanan semacam biskuit ke dalam kamar, dan memberikannya untukku. Aku yang sedang duduk di depan laptop sambil menonton TV menerimanya dengan senang hati. Tanpa bertanya ini halal atau tidak, aku langsung saja buka dan memakannya. Tiba-tiba dia tertawa, dan mengatakan, “Angga, are you sure it’s halal?”. Seperti tersambar petir, Aku tentu terkejut dan memuntahkan makanannya (maaf tidak di sensor). Kemasan snacknya bertuliskan huruf-huruf chinese yang aku tak mengerti apa artinya. Aku panik. Dia tertawa lagi, “Don’t worry angga, it’s halal. You can see halal logo on the back side”. Aaah. Aku lega. Supaya tak terlihat orang yang panik, aku menjawab “I know it’s Halal, I just wanna see whether you’re a nice or bad guy!” dia tertawa lagi. Sepertinya dia puas mengerjaiku. 

Tak mau membalas keusilannya, aku sengaja membuatkan sarapan pagi untuknya. Sederhana saja, aku membeli ayam di Giant lalu merebusnya dengan Bumbu Instan yang aku bawa dari Indonesia. Aku campurkan dengan bawang goreng dan kecap. Dia belum bangun. Aku ada kelas pagi saat itu. Jadi aku suguhkan saja di Mejanya, sambil menuliskan “Brian, this is special Indonesian breakfast. I’m sure it’s very delicious” Aku juga menambahkan logo dan tulisan halal di mangkuknya. 

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar